Sabtu, 11 Juni 2016

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Masalah Ekonomi Keluarga
Sebelum berbicara mengenai ekonomi keluarga maka akan penulis jelaskan tentang pengertian ekonomi.
1. Pengertian ekonomi


– Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat (dapat berbentuk badan hukum maupun tidak serta dapat pula berbentuk penguasaan/ pemerintah) dalam memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan material maupun spiritual (jasmani dan rohani) dimana kebutuhan tersebut cenderung mengarah menjadi tidak terbatas, sedangkan sumber pemenuhan kebutuhan tersebut sangat terbatas.1
– Ekonomi adalah sesuatu yang membahas tentang kebutuhan-kebutuhan manusia dan sarana-prasarana pemenuhannya (ilmu yang membahas tentang produksi dan kualitasnya serta bagaimana menentukan dan memperbaiki sarana-prasarananya).2
– Ekonomi adalah ilmu yang pada dasarnya mempelajari tentang upaya manusia baik sebagai individu maupun masyarakat dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna memenuhi kebutuhan (yang pada dasarnya bersifat tidak terbatas) akan barang dan jasa.3
– Ekonomi adalah ilmu yang membahas masalah manusia dan sistem sosial yang mengorganisasikan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dasar (yaitu pangan, papan dan sandang) dan keinginan non material (seperti pendidikan, pengetahuan dan pemuasan spiritual).4
– Ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara perseorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku bangsa, organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.5
Untuk menapak uraian lebih lanjut ada tiga macam definisi yang dipandang merupakan definisi-definisi terpenting, diantaranya menurut para ahli atau tokoh yaitu :
a). Adam Smith, berpendapat bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu kekayaan atau ilmu yang khusus mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu bangsa dengan memusatkan perhatian secara khusus terhadap sebab-sebab material dari kemakmuran, seperti hasil-hasil industri, pertanian dan sebagainya.
b). Marshall berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu ekonomi membahas bagian kehidupan manusia yang berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapat dan bagaimana pula ia mempergunakan pendapat itu.
c). Ruenez mendifinisikan bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhannya dengan sarana-sarananya yang terbatas yang mempunyai berbagai macam fungsi.6

2. Pengertian keluarga
Keluarga diartikan sebagai suatu masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Hubungan antara individu dengan kelompok disebut primari group. Kelompok yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat dan fungsi keluarga tidak hanya sebatas sebagai penerus keturunan. Namun masih banyak hal mengenai kepribadian yang dapat diruntut dari keluarga.
Dalam sebuah keluarga biasanya terdiri dari seorang individu (suami) dan individu lainnya (istri dan anak-anaknya) yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala rasa baik suka maupun duka dalam kehidupan dimana menjadikan keeratan dalam sebuah ikatan luhur hidup bersama.
Kewajiban keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal keluarga hendaknya :
a). Selalu menjaga dan memperhatikan cara pandang individu terhadap kebutuhan-kebutuhan pokoknya, baik itu bersifat organik maupun yang bersifat psikologis.
b). Mempersiapkan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan artinya keluargalah yang mempunyai tanggungjawab moral pada pendidikan anggota keluarga.
c). Membina individu kearah cita-cita dan menanamkan kebiasaan yang baik dan benar untuk mencapai cita-cita tersebut.
d). Sebagai modal dalam mesyarakat yang menjadi acuan baik untuk ditiru dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat.7
Adapun fungsi keluarga yang lain adalah berkembang biak mensosialisasikan atau mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang tua/ jompo.8 Pendapat lain mengatakan fungsi keluarga meliputi pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan dan kontrol sosial.9
Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi keluarga adalah suatu kajian tentang upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang bertanggungjawab atas kebutuhan dan kebahagiaan bagi kehidupannya (sekelompok komunitas dari masyarakatnya).
Bila fungsi keluarga dapat terlaksana dengan baik dalam kehidupan dan kemakmuran tercapai, maka kesejahteraan hidup kelurga akan terwujud. Adapun kemakmuran yang dicapai keluarga dibidang ekonomi dapat menaikkan tingkat kemampuan, memiliki sesuatu yang dihargai dalam kehidupan masyarakat dan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan tingkat/ atas. Dengan adanya perbedaan tingkatan atau lapisan sosial ekonomi yang terdapat disetiap keluarga mempunyai gaya berbeda dan bervariasi sesuai kemampuan pendapatan setiap keluarga sendiri.
Menurut Teery Page dan Jib Thomas mengatakan bahwa “socio economic status, persons position in any given group society or culture, as determined by wealth occuption and social class”, artinya status sosial ekonomi merupakan posisi atau kedudukan seseorang pada kelompok sosial yang diberikan atau yang ada sebagaimana dibatasi oleh kekayaan, tempat tinggal, pendidikan dan tingkat sosial lainnya.10
Dengan demikian status sosial yang dimiliki keluarga atau seseorang merupakan suatu identitas yang sangat besar pengaruhnya dalam masyarakat. Dengan status itu pula terkadang menyangkut derajat seseorang atau keluarga. Namun dapat juga sebaliknya, dengan status yang dimiliki tersebut akan dapat menurunkan derajat seseorang. Itulah pandangan dunia materialistis.
Dari realitas itulah dapat dipahami bahwa betapa pentingnya syari’at Islam yang memberikan pedoman, tuntunan dan menunjukkan jalan hidup dan kehidupan kearah kemaslahatan, terhindar dari kemelaratan (kemadhorotan). Ada pun yang dimaksud kemaslahatan adalah segala sesuatu yang menjadi hajat hidup, dibutuhkan dan menjadi kepentingan yang berguna dan mendatangkan kebaikan bagi seseorang manusia.11
Ajaran Islam menginginkan dan menjamin terwujudnya kemaslahatan dalam kehidupan manusia. Dalam arti bahwa ajaran Islam menghendaki agar menusia menjalani dan menikmati suatu kehidupan yang sejatera dan bahagia terhindar dari derita dan nista baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Ekonomi berperan sebagai upaya dalam membebaskan manusia dari cengkrama kemelaratan. Dengan ekonomi yang cukup atau bahkan tinggi, seseorang akan dapat hidup sejahtera dan tenang, sehingga orang yang jiwanya tenang akan berpeluang secara baik untuk meraih kehidupan akherat yang lebih baik pula. Hal tersebut ditandai adanya orang yang tenang dapat melakukan ibadah dengan tenang dan dari hartanya pula seseorang melakukan amal jariyah, dimana orang mengharapkan pahala dari Allah untuk kebahagiaannya kelak di yaumul qiyamah (sebagaimana kewajiban seorang hamba yang beriman dan bertaqwa kepad Tuhan).
Jadi jelas bahwa sosial ekonomi keluarga dari suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kesejahteraan dari anggota keluarga itu sendiri serta masyarakat lingkungan.
Masalah yang berhubungan dengan ekonomi keluarga yang tidak kalah penting adalah masalah kesejahteraan kelurga. Apakah yang disebut dengan keluarga sejahtera atau bahagia ? karena ukuran kebahagiaan seseorang tidaklah sama (relatif) meskipun demikian dapatlah ditinjau dari kebutuhan pokok manusia yang mendatangkan kebahagiaan atau kesejahteraan tersebut.
Sebagaimana Firman Allah : (Al-Qhasas : 77)

وا بتغ فيما اتك الله الدارالا خرة ولا تنس نصيبك من الد نيا……..

Artinya : “Cariah kehidupan kaherat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan kehidupan dunia”.12

Adapun yang dinamakam sejahtera, aman, tentram dan bahagia ialah apabila keluarga itu dapat terpenuhi semua kebutuhan-kebutuhannya.13 Sedangkan kebutuhan-kebutuhan pokok manusia yang mendatangkan kesejahteraan ada 2 hal, yaitu :
    1. Kebutuhan jasmani yang meliputi : makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan tata laksana rumah tangga.
    2. Kebutuhan rohani yang meliputi : rasa aman, ketentraman, rasa puas, rasa harga diri, rasa tanggungjawab, dihormati, disayangi dan lain-lain.14
Dalam Islam juga mengarahkan manusia untuk berkehidupan yang berkualitas dan bermutu, baik barang, pekerjaan, kondisi badan yang berkualitas akan dapat membuahkkan hasil yang maksimal, dari Tuhan yang menjadi harapan seseorang.
Kehidupan yang demikian tentunya berpangkal dari keselamatan yang berkembang menjadi kesejahteraan, kecukupan, kemudahan dan kenyamanan yang bermuara pada kebahagiaan.
3. Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga
Proses terjadinya pelapisan sosial atau penggolongan status sosial dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya atau sengaja disusun untuk mengajar sesuatu tujuan bersama. Penggolongan ststus sosial ekonomi keluarga antara satu dengan yang lain berbeda dimana dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi, menengah dan rendah.15
Dengan adanya tingkat sosial ekonomi keluarga tersebut maka sangat berpengaruh terhadap gaya hidup tingkah laku mental seseorang dalam masyarakat (tempat tinggalnya). Perbedaan itu akan tampak pada pendidikan, cara hidup keluarga, jenis pekerjaan, tempat tinggal/ rumah dan jenis barang yang dimiliki setiap keluarga baik bagi orang tua maupun anaknya.
Anak yang berasal dari keluarga yagn tingkat sosial ekonomi tinggi secara otomatis tidak mengalami hambatan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dengan terpenuhinya kebutuhan seseorang dapat bertambah semangat dan bergairah untuk hidup dalam usahnya untuk memperoleh prestasi yang baik dan berkualitas sebagaimana yang dicita-citakan, sebab alat atau sarana untuk mendapatkan kebutuhan tersebut telah terfalitisasi.
Sebaliknya seorang anak dari keluarga yang sosial ekonominya sedang atau menengah sudah barang tentu pemenuhan kebutuhannya tidak dapat terfasilitasi sebagaimana mereka yang berasal dari keluarga ekonomi atas. Ekonomi sedang atau pas-pasan biasanya masing-masing anggota keluarga dibatasi agar dapat melangsungkan kebutuhan dengan kemampuan yang ada, disini diperlukan perencanaan yang baik dengan pelaksanaan dan kontrol yang tetap.
Adapun anak yang sangat memperhatikan dan perlu mendapatkan perhatian adalah anak-anak sosial ekonominya rendah, dimana segala kebutuhan serba terbatas dan kekurangan bahkan anak di tuntut untuk membantu bekerja orang tuannya atau bekerja untuk biaya sekolahnya dan kebutuhan hidupnya.
Adapun perbedaan tingkat sosial ekonomi kelurga di masyarakat, maka standar kehidupan setiap keluarga tidak sama karena standar kehidupan setiap keluarga merupakan suatu tingkatan hidup yang telah dipilih oleh keluarga dan pada tingkatan inilah keluarga berusaha menempatkan dirinya dan standar kehidupan menentukan batasan-batasan yang diakui seseorang dalam usahanya mencapai tujuan hidup.
Standart kehidupan (patokan tentang ukuran terhadap sesuatu) yang dipandang layak sesuai ukuran yang ditetapkan (pribadi, masyarakat, bangsa, negara dan dunia). Jika stndart kehidupan itu akan tercapai, maka orang akan emrasa puas, begitu pula sebaliknya bila yang telah ditetapkan dan dicita-citakan tidak tercapai akan mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan. Dari kegagalan yang dialami akan mengakibatkan suatu rasa ketidak senangan dan ketidak tengangan jiwa. Bahkan dapat mendorong seseorang untuk bertindak nekat kearah yang negatif merugikan diri sendiri dan orang lain atau merusakkan, meresahkan masyarakat.
Pencapaian standar kehidupan perlu dilakukan dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain atau kelompok, sesuai dengan nilai-nilai/ norma yang berlaku di masyarakat. Dalam mencapai standar kehidupan untuk memenuhi kebutuhan setiap keluarga harus sesuai dengan kemampuan. Sebab dalam kenyataan keadaan ekonomi keluarga atau masyarakat dan standar kehidupannya tidak sama, ada yang tergolong tinggi/ kaya serba kemewahan, ada yang menengah/ sedang atau cukup dan rendah/ miskin.
Dalam relaita kehidupan bahwa besar kecilnya penghasilan mempunyai hubungan erat dengan standar kehidupan dan tingktan sosial ekonomi serta besar kecilnya penghasilan dapat menentukan terhadap tercapai tidaknya kebutuhan dan keinginan anggota keluarga.
4. Faktor yang memperngaruhi sosial ekonomi keluarga
a). Faktor-faktor ekonomi
– Kemiskinan
– Pengangguran
– Tidak adanya tempat tinggal
– Terlalu banyak penghuni rumah dan tidak ada cara untuk istirahat16
Sebagai pelaku ekonomu, rumah tangga keluarga berfungsi sebagai pemakai barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
b). Adapun dalam rumah tangga keluarga dipengaruhi oleh 2 faktor (yaitu intern dan ekstern).
1). Faktor intern, adalah faktor faktor yang mempengaruhi kegiatan konsumsi (memakai benda/ jasa untuk memenuhi kebutuhan) rumah tangga yang berasal dari rumah tangga itu sendiri.
– Sikap : kebiasan hidup hemat
– Kepribadian : keprbadian seseorang berbeda dengan kepribadian orang lain
– Motivasi : dorongan dalam memenuhi kebutuhan berbeda-beda
2). Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi kegiatan konsumsi (memakai barang/ jasa untuk memenuhi kebutuhan) rumah tangga yang berasal dari luar rumah tangga itu sendiri.
– Kebudayaan : kebudayaan sesuatu suku bangsa
– Kelas sosial : berpengaruh terhadap kebiasaan
– Keluarga : pertalian keluarga yang erat akan berpengaruh terhadap penditribusian pendapatan17
5. Unsur yang mendukung dan mengahambat sosial ekonomi keluarga
Upaya dalam mewujudkan cita-cita harus ada unsur dan faktor yang mendukung sehingga akan tercapai dengan baik dan memuaskan. Namun untuk mengejar, meningkatkan sesuatu pasti ada tantangan atau kendala yang menghambat akan keberhasilannya.


a). Unsur yang mendukung sosial ekonomi keluarga
Dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa : “Unsur-unsur yang ada dalam ekonomi keluarga adalah penghasilan, pengeluaran dan cara mengatur ekonomi keluarga”.18 Penghasilan keluarga merupakan sumber untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain.
(1). Wiraswasta sebagai pedagang, pengusaha
(2). Bekerja di Industri/ pabrik sebagai pegawai, pegawai negeri, pengawai swasta atau buruh.
(3). Penghasilan dari tanah atau sawah, kebun atau rumah atau tempat tinggal.
Menurut pendapat seorang ahli bahwa yang dimaksud dengan penghasilan adalah gaji, hasil pertanian pekerjaan dari anggota keluarga.19
Jadi penghasilan merupakan sumber pemasukan baik yang berupa uang, barang-barang dan kepuasan yang dapat dipakai oleh keluarga untuk memnuhi kebutuhan dan keinginannya.
b). Unsur yang menghambat sosial ekonomi keluarga
Dalam hal ini penulis meninjau dari empat masalah, yaitu :
(1). Sumber Penghasilan
Penghasilan keluarga dapat diperoleh dari beberapa sumber untuk memenuhi kebutuhan keluarga, diantaranya sumber penghasilan tetap sebagai imbalan jasa dari pekerjaan tatap dan sumber penghasilan tambahan yang merupakan hasil usaha sampingan.
(2). Besarnya Penghasilan
Dalam hal ini yang dimaksud adalah besarnya pemasukan uang, barang-barang atau harta kekayaan yang dapat diketahui oleh seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga itu sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam suatu teori bahwa unsur-unsur dan faktor-faktor yangmempengaruhi sosial ekonomi keluarga adalah sumber penghasilan, besarnya penghasilan, besarnya atau jumlah anggota keluarga dan penggunaan penghasilan keluarga, baik penghasilan tetap maupun penghasilan sampingan/ tambahan yang erat hubungannya dengan pekerjaan. Sumber-sumber tersebut tidak sama pada tiap-tiap keluarga sehingga dalam masyarakat dikenal dengan adanya pegawai negeri, pegawai swasta, pegawai pabrik atau buruh pabrik, pegawai bangunan (buruh bangunan) dan lain sebagainya. Dari masing-masing pekerjaan mempunyai hasil atau gaji/ upah yang berbeda dengan atauran yang telah ditetapkan atau disepakati. Sehingga besarnya penghasilan dari setiap keluarga juga berbeda dan sangat mempengaruhi dari setiap keluarga juga berbeda dan sangat mempengaruhi seberapa banyak kebutuhan keluarga dapat terpenuhi.
(3). Besarnya jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab sebuah keluarga atau rumah tangga untuk dipenuhi kebutuhan hidupnya. Makin banyak jumlah anggota keluarganya berarti makin banyak pula kebutuhan yang harus dicapai atau nilai kebutuhan bertambah besar.
(4). Penggunaan Penghasilan Keluarga
Untuk mengatur ekonomi keluarga agar kebutuhan dari masing-masing keluarga terpenuhi, maka harus teliti memilah dan memilih antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder serta pelengkap yang lain. Semuanya itu harus disesuaikan dengan kemampuan atau penghasilan keluarga yang diperoleh, sehingga tidak terperosok dalam pemborosan, kesombongan atau bahkan sebaliknya kesengsaraan atau mendorong berlakunya penyimpangan dari hukum atau peraturan dan bertindak cukup curang serta jahat.
Yang dimaksud kebutuhan primer atau produk bagi manusia adalah pangan, sandang, seks dan kesehatan. Maka apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan terganggu atau hilangnya keseimbangan fisik jasmaninya. Menurut pandangan dan juga diakui bahwa semua mahluk akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya, sebab kalau tidak terpenuhi seseorang akan merasa cemas dan gelisah. Maka Allah SWT menjamin bahwa tidak ada suatu mahluk hidupnya yang tidak ada rizkinya.
Seperti dalam Firman Allah SWT : (Hud : 6)

وما من دابة فى الارض الا على الله رز قها

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata (mahlik bernyawa dimuka bumi) yang tidak disediakan Allah rizkinya”.20

1M. Rusli Karim, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, PT. Tiara Wacana Yogya Bekerjasama Dengan P3EL UII Yogyakarta, 1993, hal. 3.

2Tagyudin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif (Perspektif Islam), Risalah Gusti, 1996, hal. 16.

3Napirin, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Mikro dan Makra), Edisi 1, Penerbit BPFE, Yogyakarta, Juni 2000, hal. 1.
4Michail P. Todaro, Pembangunan Ekonomi Di DuniaKetiga, Erlangga, Jakarta, 1994, hal. 12.

5Ahmad Muhammad al-Sissal, et.al, Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, CV. Pustaka Setia, 1999, Bandung, An Nizamul Iqtisadi Fil Islam Mabadiuhu Wahdafuhu, Kairo, hal. 9.

6Ibid, hal. 10-11.
7Darmansyah M., Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1986, hal. 79.
8 M. Munandar Solaeman MS. Ilmu Sosial Dasar, (Teori dan Konsep Ilmu Sosial), Edisi Revisi, Bandung Eresco, 1995. hal. 55.

9 Khairudin H.SS. Sosiologi Keluarga, Liberti, Yogyakarta, 1997. hal. 47.

10Teery Page et.al, International Of Education, (New York Kogen Page), 1997, hal. 316.
11Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, dari Sosial Lingkungan Asuransi Sehingga Ukhuwah, Bandung, Mizan, Juni 1994, hal. 148.
12Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 37.

13Sutari Imam Barnadip, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP, Yogyakarta, 1995, hal.126.

14Ibid, hal. 127.
15R. Hadi Sadikin, Tata Laksana Rumah Tangga, Jakarta FIP, IKIP, 1975, hal. 20.
16Mustofa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat, Jilid I, Terj. Zakiyah Daradjat, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hal. 73-74.

17Drs. Rosjdi Rasjidin, et.al., Ekonomi SMU Kelas I Kurikulum 1994, Yudistira, 1994, hal. 26-27.
18Biro Pengembangan Pendidikan Ekonomi IKIP Sunathadarma, Dunia Ekonomi, Kta (Yogyakarta : Kanisius, 1973).

19Hadi Sadikin, Op.Cit, hal. 40.
20Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Pentafsir Al Qur’an, hal. 327.

0 komentar:

Posting Komentar